Ihwal Paham dan Memahami Perspektif
Berbicara soal perspektif, bukanlah menjadi hal jarang jika kita dihadapkan pada perpektif yang berbanyak dan bermacam. Bahkan terkadang perihal itu semua memang melelahkan pun menjenuhkan. Menjenuhkan jika terus berputar pada hal yang terus menerus berbeda dengan perspektif kita. Tapi kembali lagi bukankah pikiran setiap manusia itu tidaklah sama? Lantas kalau sama mengapa ada perbedaan? Dunia akan baik-baik saja bukan, jika semua manusia memiliki perspektif yang sama? Pertentangan sepertinya akan menjadi perihal muskil bahkan mustahil terjadi; nanti, mungkin hanya ada tenang dan damai.
Namun, akankah itu semua selamanya menyenangkan? Selamanya baik-baik saja bukankah akan membosankan? Rasanya hidup pun tidak ada tantangan, tidak ada lagi perdebatan yang memperdebatkan perbedaan.
Tapi, jika ditilik dari sisi lain bukankah perdebatan tentang perbedaan itu akan membuat kita sadar? Selain itu membuat kita lebih terbuka atau istilah asingnya open mind. Yap membuka pikiran kita untuk lebih paham. Paham akan perbedaan. Membuat kita jadi lebih memahami, mengerti, menyadari hingga pada akhirnya menerima semua perbedaan yang diperdebatkan. Dan…. kembali lagi pada substansi perdebatan itu tidak lain berputar pada perspektif. Perbedaan perspektif dari masing-masing pihak.
Mungkin pada awalnya kita selalu bersikukuh akan pembenaran perspektif kita. Menganggap bahwa pendapat kita itu sepenuhnya benar. Padahal, itu semua relatif. Ada banyak hal, pertimbangan, dan sudut mana yang kita gunakan. Bisa jadi dari sisi lain perspektif yang kita agung-agungkan itu sepenuhnya berbelok dan salah.
Lantas bagaimana cara kita bersikap?
Tenang. Mungkin cara bersikap dengan tenang cenderung klise. Tapi memang tenanglah yang menjadi awal. Atau istilah Jawa-nya “ojo grusa-grusu”. Sederhananya, ketika berdiskusi atau rapat. Tentu akan ada banyak hal yang didiskusikan dengan berbagai macam argumen. Disinilah kita mulai belajar untuk berbagi perspektif. Belajar dalam memberikan statement, baik itu sanggahan atau masukan. Belajar untuk menerima perspektif yang berbeda dengan kita. Bisa saja statement kita sebelumnya memang belum sepenuhnya benar dan butuh penyempurnaan dari argumen orang lain.
Untuk itu, tetaplah ingat bahwa terkadang apa yang kita utarakan, perspektif yang kita berikan, bahkan sikap yang kita lakukan itu belum sepenuhnya baik dan benar. Namun itu semua bukan berarti menjadi pembatas kita untuk bereksplorasi justru itu ladang kita untuk berdiskusi dan kembali memperluas cara pandang kita mengenai suatu hal. Jika memang dirasa belum sesuai ajaklah ia diskusi, dan jangan pernah berhenti jika dikritik.
Bersikaplah dewasa, jangan melulu mau diakui bahwa kita yang paling benar. Jangan dahulu menghakimi, sebelum sepenuhnya paham dari masing-masing sisi. Berpikirlah dengan dingin dan jangan melibatkan emosi. Jika sudah terbawa emosi, redam. Redamlah barang sejenak untuk kembali tenang dan berdamai dengan pikiran dan perasaan. Berbagi perspektif itu mengasyikkan kan.